Setiap
orang memiliki role modelnya tersendiri, tak terkecuali aku. Aku mengagumi
seseorang yang saat ini menjauh
dariku. Seorang perempuan berkulit sawo
matang yang sering terlelap dalam tidurnya di lantai 3 perpustakaan mahasiswa.
Bukan karena numpang tidur, hanya saja ia kelelahan membaca buku yang cukup
tebal disana. Ia kerap mengunjungi perpustakaan setiap harinya. Petugas
perpustakaan pun sudah terbiasa melihatnya mondar-mandir, baca buku kemudian
terlelap ketiduran disana. Mukannya yang biasa-biasa saja tanpa polesan make up
dan pakaian sederhana menandakan ia adalah mahasiswa baru di kampus hijau ini.
Aku
mengenalnya begitu dekat. Ia terbiasa terbangun pukul 3 dini hari. Biasanya
menjelang shubuh dia akan berkeliling mengetuk pintu-pintu kamar membangunkan
teman-temannya yang masih terlelap tidur. Setelah shubuh ia membaca, menghafal
dan mengulang pelajaran yang telah ia pelajari di kampus. perempuan ini pantang
tidur di pagi hari. Jika ada yang bertanya, “apakah kamu tidak mengantuk bangun
sepagi ini dan tak tidur kembali?” ia akan menjawab, “kebahagiaan terbesarku
adalah bangun pagi, aku yakin terjaga di pagi hari menuai berkah hidup untukku”
ucapnya.
‘Hidupnya
tertata rapi’ itu yang aku simpulkan. Kamarnya selalu bersih, Buku-buku yang ia
miliki berjejer rapi di kamarnya. Orang yang baru mengenalnya pun akan
menyimpulkan bahwa hobby nya adalah membaca. Bukan hanya karena koleksi bukunya
yang banyak, tapi kebiasaan dia yang membaca buku apapun, dimanapun, dan
kapanpun membuktikan bahwa dia memang kutu buku. Ia termasuk mahasiswa yang
kelewat rajin, menurutku. Meskipun memilki jadwal masuk kuliah siang hari, ia
akan berangkat di pagi hari saat matahari belum terbit. Alasannya cukup simple, dia hanya ingin sampai di kelas
10 menit sebelum pelajaran dimulai. Sisa waktu lainnya ia gunakan untuk
melakukan hobby nya yang tak pernah ia akui. Membaca.
Biasanya
ia duduk di kursi ujung barisan depan. Selalu. Dia bukan tipikal orang yang
senang banyak berbicara di depan umum. Ia kelihatannya pendiam, jarang bergaul
dengan teman-teman sekelasnya bahkan tak sedikit teman-temanya menyangka dia
anti sosial, dan introvert. Padahal ketika diskusi tiba, ia cakap berbicara
mengemukakan gagasannya. Bahkan ia terlihat lihai interaktif saat giliran
presentasinya tiba. Pembicaraannya dan pembahasan yang ia ucapkan mudah
difahami dan diterima banyak orang, terutama teman sekelasnya. Tak banyak yang
tahu, sebelum ia presentasi, ia selalu berwudhu terlebih dahulu. Dan memang ia
tak pernah lepas wudhu, supaya ilmunya berkah, katanya.
Sebenarnya
tak sedikit orang-orang yang membencinya. Orang terdekatnya pun hanya
menggunakan topeng saja saat bersamanya. Bagaimana ia tak banyak dibenci? Ia
selalu kemana-mana sendiri. Apakah ia tidak membutuhkan teman? Dia sok pintar!
Dia tidak memilki solidaritas sama sekali, memberi tahu jawaban ujian saja tak
mau. Pelit ilmu! Ansos! Perfecsionis! So perfect! Itu sebagian hate speech yang sering aku dengar
tentangnya. Padahal apa yang ia lakukan sah-sah saja. Ia memang tidak menyukai
keramaian, ia juga membiasakan jujur
dalam mengerjakan soal ujian dengan tidak mencontek dan dicontek. Ya, dia hanya
mandiri dan berdikari, itu saja. Dan ia pun tak peduli dengan semua cemoohan
itu.
Teman-teman
kelas yang membencinya itu mungkin
sudah hafal kebiasaan tindak tanduknya selama di kampus. Ya, memang perbedaan
antara cinta dan benci itu sangat tipis. Mereka pun tahu rutinitas yang
dilakukan si introvert itu. Namun anehnya, seiring berjalannya waktu ia mulai
berubah. Tak ada lagi buku yang ia pegang. Kursi keramat yang sering ia duduki
tepat di depan tempat dosen berada pun kini terlihat kosong. Ia tak lagi duduk
disana. Seisi kelas pun kini sudah tak ada yang mebicarakannya lagi. Ia mulai
dilupakan semua orang. Entahlah, Kini hanya ia yang mengingat dirinya sendiri.
Bernostalgia dengan kenangan yang ia kenang sendiri. Jangan Tanya kenapa? Aku
hanya rindu diriku kala itu. Aku ingin kembali.
Kesepian
yang paling mendalam bukanlah saat orang itu sendiri melainkan saat orang
tersebut telah dilupakan seakan telah mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar