Minggu, 11 November 2018

PLANNING- APA YANG KAMU LAKUKAN 5 TAHUN KE DEPAN?



Aku masih menyimpan tanda Tanya di judul tulisan ini. Singkatnya isi dari 4 lembar tulisan ini masih menjadi pertanyaan atau hanya kemungkinan-kemungkinan penulis belaka.
Apa yang aku tulis saat ini? “aku” 5tahun kedepan? Apakah itu sebuah angan, impian, cita-cita, harapan, atau ramalan abal-abal dari seorang mahasiswa yang tengah berdiri dipersimpangan jalan? Tidak, saat ini aku sudah di ujung jalan harapanku dulu 10 tahun silam. Pada saat usiaku 11 tahun, aku pernah menulis ini. Menulis tentang diriku hari ini.
Setelah perjalanan panjang 17 tahun kebelakang, menempuh pendidikan di beberapa jenjang yang berbeda. Saatnya aku menulis kembali pola-pola baru untuk menggambarkan keinginan dan harapanku 5 tahun ke depan. Sejujurnya, aku bingung. Apa yang perlu aku tulis? Dulu, aku memilki daftar keinginan yang ingin kucapai. Bukan hanya target 5 tahun ke depan, bahkan keinginan-keinginanku 50 tahun ke depan sudah ku tulis jauh-jauh hari. Namun, di persimpangan jalan aku mulai kelelahan, putus asa, untuk mencapai harapan-harapanku itu. Dan pada akhirnya aku berjalan tanpa peta hidup, tanpa keinginan yang berarti. Hanya ingin menikmati hidup seperti air mengalir dari hilir ke hulu. Itu saja.
Terkadang aku lebih merasa nyaman dan bahagia hidup seperti ini. Tanpa cita-cita, harapan, dan keinginan yang aneh-aneh. Biasa saja. Membuka mata dipagi hari dengan pikiran yang kosong, menonton hiburan-hiburan yang bertebaran di media social, buka whatsapp, scroll status, buka instagram, lihat snapgram orang lain, buka feed ig artis, buka twitter, scroll content, buka youtube, nonton video favorit, lalu tertawa terbahak-bahak. Tidak lupa menyematkan ‘like, comment, dan share’ pada setiap unggahan yang ada. Ya, begitu saja siklus aktivitas ringan dan menyenangkanku hanya seputar wa-instagram-twitter-youtube dan kembali lagi. Memang indah sekali hidup ini jika hanya diisi dengan melihat dan mengamati kehidupan  orang lain saja sambil bersantai ria.  Itu pendapat konyolku saat aku terpukau dan terlena kehidupan social di dunia maya.
Lain halnya saat ku tersadar kehidupan nyata ku yang serba realistis materialistis. Saat ku terbangun dipagi hari, aku mulai bergegas bangun. Otakku sudah berlomba-lomba membacakan jadwal aktivitas yang harus kulakukan di pagi hari. Pikiranku sudah bercabang-cabang ingin segera menunaikan tugas-tugasnya, otot-otot tubuhku sudah tidak tahan berdiam diri,  dan ingin berlari kesana kemari, kaki dan tanganku tak terhenti bergerak, keringat di dahi menetes sedikit demi sedikit tanda aktivitas pagi hari mulai memanas. Fenomena hidup ini mendorongku untuk segera bangun dan bergegas pergi selangkah maju ke depan berjalan bahkan berlari untuk menyongsong masa depanku yang belum tergambar itu.
Meski demikian, hari ini aku perlu menuliskan kembali harapan harapan ku 10 tahun mendatang. Bukan karena tugas dari dosen matakuliah saja, lebih tepatnya aku harus menyusun kembali motivasi-motivasi hidupku. Setidaknya aku memilki gambaran dan semangat untuk menggapai kebahagiaan yang haqiqi 10 tahun ke depan.
Aku mulai dari rencana ku untuk segera menyelesaikan tugas-tugas kuliahku. Lulus tepat waktu di tahun 2019. Entah bulan Mei ataupun September, aku masih memilki banyak pertimbangan yang tidak perlu aku tulis penjabarannya disini.
Pada tahun selanjutnya, aku memilki dua keinginan yang bisa saja aku lakukan bersamaan atau aku focus untuk melakukan salah satu dari dua keinginan tersebut. Awalnya aku berencana untuk melanjutkan studi ku ke jenjang selanjutnya di salah satu perguruan tinggi negeri. Sekaligus mengerjakan profesi ku sebagai wartawan di salah satu Media Massa.
Namun seiring berjalannya waktu, aku mulai menginginkan untuk melanjutkan studi ku di luar negeri. Entah karena aku bosan dengan hiruk pikuk negeri ini, atau rasa penasaranku yang tinggi  untuk mencoba hidup di negeri orang, atau hanya sekedar ingin menghindar dari orang-orang yang kerap bertanya “kapan nikah? Sekarang kerja dimana? Berapa gajinya? Sudah daftar jadi PNS? Kenapa gak jadi guru di sekolah kayak mama, dll?”  entahlah. Aku hanya ingin berdikari, menjadi entrepreneur, membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Apa itu? Sengaja ku rahasiakan. Karena aku masih mempertimbangkan segala risiko dari keputusan yang akan aku ambil nanti. Semoga tahun 2020 nanti membawa berkah dan kebaikan.
Selanjutnya, saat usiaku menginjak 24 tahun nanti, tepat dua tahun Pasca kelulusanku. aku berencana untuk menikah. Dengan siapa dan bagaimana urusan nanti. Jodoh Allah yang menentukan. Sekali lagi aku hanya berencana. Mungkin pada saat usiaku sudah matang nanti, aku bisa memantapkan hatiku untuk hidup berjuang bersama seseorang.  Karena sampai saat ini aku masih senang hidup sendiri. aku kurang menyukai ikatan atau hubungan lebih dari ‘teman’.
Singkatnya pada tahun 2022 nanti, jika aku sudah memiliki pendamping hidup. Mungkin aku tidak akan menunda-nunda waktu lagi untuk memilki anak. Selagi usiaku masih muda dan produktif untuk memilki keturunan. hanya saja memilki momongan bukan satu-satunya impianku. Itu hanya salah satu impianku dari impian impian lainnya. Aku memilki wasiat dari nenekku (saat ini nenekku masih hidup jadi ku katakan janji) agar mendirikan lembaga pendidikan di tanah yang akan nenekku wakafkan untuk kepentingan umat nanti. Ya, pada saat umurku 25 tahun nanti, aku akan mulai menyicil janji-janjiku 10 tahun silam pada nenekku yang telah merawatku sedari kecil dengan cara memulai merintis usahaku di bidang pendidikan. Bagaimana memulainya? Tidak akan kuceritakan disini.
Memasuki tahun 2023 tepat 5 tahun mendatang setelah tahun 2018 ini. Aku akan tetap berkutat mengembangkan lembaga pendidikan yang sudah ku mulai rintis tadi. Setidaknya saat itu seharusnya tempat nenekku sudah menjadi tempat tinggal anak-anak tidak mampu yang memilki semangat tinggi mencari ilmu. Pada tahun itu aku tidak akan kemana-mana. Aku akan tetap menjadi ibu rumah tangga sekaligus pendidik bagi ‘anak-anak’ baruku nanti. Menjalani kehidupan normal sebagai seorang istri, ibu bagi anak-anak, serta bagian dari masyarakat social.

Mungkin hanya itu gambaran rencana singkatku 5 tahun kedepan nanti. Gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan. Tidak semua yang kita rencanakan itu pasti akan berhasil. Apalagi tidak merencanakannya.
Sekali lagi manusia hanya berencana, Allah lah yang menentukan. Rencana Allah itu lebih baik dari rencana manusia. Tentu rencana Allah yang terbaik. Allah mendengar lebih dari yang kita ucapkan, menjawab lebih dari yang kita pinta, memberi lebih daripada yang kita bayangkan, dengan waktu dan cara-Nya sendiri.  Semoga kita diberi umur yang panjang untuk melakukan amal saleh, memberi manfaat bagi nusa, bangsa dan agama di kehidupan dunia yang sementara ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar