Jumat, 23 November 2018

Guru Premature



Saat itu adalah hari pertamaku berkenalan dengan murid-murid di SMP-SMA Bina Insani Susukan Salatiga. Beberapa Mereka menyambutku dengan Gelak tawa  bahagia, sebagian yang lain tidak menghiraukanku, ada juga yang hanya berdiam diri di tempat duduknya menatap langit-langit tanpa makna. Dinamis memang. Seketika MC menyuruh semua orang untuk  berdiri memberikan riuh tepuk tangan  saat aku menaiki podium.

Rabu, 14 November 2018

PERJUANGAN SI ANAK RANTAU DI SALATIGA JAWA TENGAH





Masa lalu adalah lembaran pengalaman, hikmah, sejarah, dan kenangan yang tak dapat di putar ulang kejadiannya di masa kini. Empat tahun silam, aku dan ketiga temanku yang berdarah Sunda pergi merantau ke sebuah desa yang belum pernah kami injak sebelumnya; tepatnya daerah Salatiga Jawa Tengah. Kami ditugaskan oleh almamater kami untuk mengajar disalah satu sekolah nun jauh di desa Susukan namanya.

ASA PERUBAHAN










Aku menulis sambil menahan air mata keluar dari pelupuknya. Aku tidak ingin mengatakan pada diriku sendiri, “aku tak pandai menulis.” Setidaknya, aku ingin menebarkan energi positif pada diriku sendiri. Aku akan terus belajar menulis, meski akal ku terseok-seok hendak menuliskan apa. Aku bukan Socrates, seorang filsuf yunani yang tak meninggalkan satupun tulisan selama hidupnya. Walaupun begitu, ia tetap memiliki seorang murid “plato” yang menjadikannya tokoh utama dalam buku filsafat yang ia karang.
Aku hanyalah aku, ya, aku. Aku harus menorehkan sejarah; paling tidak dalam bentuk tulisan sederhanaku ini. Tujuanku menulis bukan karena ingin dikenal orang semata. Aku hanya ingin menguji diriku sendiri, seberapa jauh pengetahuanku? Seberapa jauh kemampuanku menuangkan kata-kata dalam bentuk tulisan? Apakah aku dapat memberikan manfaat bagi orang lain?

Minggu, 11 November 2018

DIA


Setiap orang memiliki role modelnya tersendiri, tak terkecuali aku. Aku mengagumi seseorang  yang saat ini menjauh dariku.  Seorang perempuan berkulit sawo matang yang sering terlelap dalam tidurnya di lantai 3 perpustakaan mahasiswa. Bukan karena numpang tidur, hanya saja ia kelelahan membaca buku yang cukup tebal disana. Ia kerap mengunjungi perpustakaan setiap harinya. Petugas perpustakaan pun sudah terbiasa melihatnya mondar-mandir, baca buku kemudian terlelap ketiduran disana. Mukannya yang biasa-biasa saja tanpa polesan make up dan pakaian sederhana menandakan ia adalah mahasiswa baru di kampus hijau ini.
Aku mengenalnya begitu dekat. Ia terbiasa terbangun pukul 3 dini hari. Biasanya menjelang shubuh dia akan berkeliling mengetuk pintu-pintu kamar membangunkan teman-temannya yang masih terlelap tidur. Setelah shubuh ia membaca, menghafal dan mengulang pelajaran yang telah ia pelajari di kampus. perempuan ini pantang tidur di pagi hari. Jika ada yang bertanya, “apakah kamu tidak mengantuk bangun sepagi ini dan tak tidur kembali?” ia akan menjawab, “kebahagiaan terbesarku adalah bangun pagi, aku yakin terjaga di pagi hari menuai berkah hidup untukku” ucapnya. 

PLANNING- APA YANG KAMU LAKUKAN 5 TAHUN KE DEPAN?



Aku masih menyimpan tanda Tanya di judul tulisan ini. Singkatnya isi dari 4 lembar tulisan ini masih menjadi pertanyaan atau hanya kemungkinan-kemungkinan penulis belaka.
Apa yang aku tulis saat ini? “aku” 5tahun kedepan? Apakah itu sebuah angan, impian, cita-cita, harapan, atau ramalan abal-abal dari seorang mahasiswa yang tengah berdiri dipersimpangan jalan? Tidak, saat ini aku sudah di ujung jalan harapanku dulu 10 tahun silam. Pada saat usiaku 11 tahun, aku pernah menulis ini. Menulis tentang diriku hari ini.
Setelah perjalanan panjang 17 tahun kebelakang, menempuh pendidikan di beberapa jenjang yang berbeda. Saatnya aku menulis kembali pola-pola baru untuk menggambarkan keinginan dan harapanku 5 tahun ke depan. Sejujurnya, aku bingung. Apa yang perlu aku tulis? Dulu, aku memilki daftar keinginan yang ingin kucapai. Bukan hanya target 5 tahun ke depan, bahkan keinginan-keinginanku 50 tahun ke depan sudah ku tulis jauh-jauh hari. Namun, di persimpangan jalan aku mulai kelelahan, putus asa, untuk mencapai harapan-harapanku itu. Dan pada akhirnya aku berjalan tanpa peta hidup, tanpa keinginan yang berarti. Hanya ingin menikmati hidup seperti air mengalir dari hilir ke hulu. Itu saja.

AKU




Aku adalah aku, bukan dia, atau mereka. It is me Nden.
Namaku adalah Megandini Al-Fiqri, akan tetapi sejak kecil hingga saat ini aku di panggil “Nden”. Itu adalah nama kesayangan dari nenekku; jadi, barang siapa yang memanggilku dengan sebutan ”Nden”, berarti orang tersebut menyayangiku.
Aku memiliki Hobby yang sama dengan ibuku; aku senang mengenali, mencari, dan mengetahui sesuatu yang belum kuketahui; akan tetapi bukan berarti aku adalah seorang peneliti, aku hanyalah orang yang penasaran dan tertarik dengan banyak hal. Aku selalu ingin mencoba mencintai apa yang aku kerjakan dan mengerjakan apa yang kucintai.